Dakwah Akan Meminta Segalanya Darimu

18 Apr 2016 20:56 6491 Hits 0 Comments
Karena dakwah begitu indah

Ini sebuah kiriman seorang sahabat Dakwah,

“Memang seperti itulah dakwah.

Dakwah adalah cinta, dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu, sampai pikiranmu, perhatianmu, perjalananmu, dudukmu dan tidurmu. (Ust. Rahmat Abdullah)

Bahkan ditengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah menyedot saripati energimu, sampai tulang belulangmu, sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu, tubuh yang luluh lantak diseret-seret, tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga, tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar, tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung, sebab tak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit dibayangkan sekeras apa sang khalifah bekerja, tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun beliau sakit parah kemudian meninggal. Toh, memang itu yang diharapkannya, mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khattab juga terlihat tercabik-cabik, kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat kemana-mana. Kurang heroik ? Akhirnya  diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah , yaitu luka ditikamnya seorang khalifah yang sholih yang sedang mengadu dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan, bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan , bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak !!!

Justru kelelahan, justru rasa sakit itu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari, satu kisah heroik, akan segera mereka sambung dengan amalan yang jauh lebih tragis.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani, justru karena rasa sakit itu selalu mengintai kemanapun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi.  Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri akan lelah mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada

Begitupula rasa sakit, hingga luka tak lagi kau rasakan sebagai luka, hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar, saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada Abu Bakar, tapi saking seringnya ditinggalkan, hal itu sudah menjadi kewajaran, dan menjadi semacam tonik bagi iman.

Karena itu kamu tahu, pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah, karena tidak setiap saat memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target do’a para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk... sungguh Engkau maha Pengasih lagi maha Penyayang...”

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak, jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta, mengajak kita untuk terus berlari.

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu”.

 

Tags

About The Author

Arwin Darwis 30
Ordinary

Arwin Darwis

Setidaknya, ada keinginan untuk BERKARYA. .
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel